PUISI: Bertanya pada Hampa (HUT RI 76)


Bertanya pada Hampa

Syamsul Maarif


Benarkah kita benar benar merdeka?

Tatkala kebahagiaan dalam setiap warganya tertekan oleh keadaan yang tak mampu dijelaskan saking rumitnya permasalahan

Tak seperti hutan yang di dalamnya banyak burung yang bertebaran tanpa harus terbebani oleh sikut-sikutan 

Pun layaknya ayam didepan pekarangan atau di belakang rumah padang rumput yang kenyang 

Tenang dalam pikiran layaknya pohon berdiri tanpa pijakan kaki-kaki oligarki menghapus kegelisahan abadi menjadi ilusi 

Harap dan asa yang besar kenyang yang mengalir dan terus mengalir bak air terjun yang berasal dari sumber

Hey, sekali lagi ku tanyakan, apakah kita benar-benar merdeka?


Penguasa layaknya tuhan bohongan pada kekuasaannya yang tuli dan bisu tak mau mendengar dan berbicara kepada hambanya

Menangis petang malam mengadu pada tuhannya yang tak mau mendengar. Merintih tiada henti karna lapar yang tak mampu menepi

Sekadar berbicara oh tidak bisa

Dipaksa kenyang oleh keadaan namun ditampar lapar oleh kenyataan. Siapa yang buat itu? Senatural air yang mengalir dari hulu ke hilir tanpa bebankah? Atau? Oh aku diam saja

Kepada siapa lagi aku bertanya? 

Kepada  kalian kah kawan?


Kulihat kau tiap hari senang senang dengan HP miringmu apatis tiada peduli

Apakah kuharus ajak dulu kalian untuk bilang 

"Kemarilah kawan!!!"

Kami tidak menemanimu pada jalan keterlenaan 

Terhina oleh pengetahuan yang tak bergunamu sendiri 

Atau memang tidak tahu??? 

Apapun itu

Dicari atau pun tidak? Mana peduli?


Apakah kita melihat dunia dengan pandangan yang sama? 

Oh iya aku lupa kalau kau tidak mau disamakan

Sini ku kabarkan tentang dunia dalam kacamataku!!!

Seram!!!

Pangeran yang sudah tidak ditakuti...

Dengan pongah mengusung dada berjalan tiada peduli


Menakutkan!!! 

Terteror  bom sepanjang perjalanan menanti waktu

Dihantui bisikan-bisikan kesengsaraan

Kau lihat bomnya kan?

Tidak?

Nah!


Tapi.....

Ah kau itu terlalu ribet!!! 

Ikuti sajalah aku!!!

Dan jangan berhenti!!!!


Lantas kepada siapa pagi aku bertanya? 

HAMPA

Komentar